Siti Aisyah Binti Abu Bakar R.A.


Rasulullah SAW membuka lembaran kehidupan rumah tangganya dengan Aisyah r.a yang telah banyak dikenal. Ketika wahyu datang pada Rasulullah SAW, Jibril membawa kabar bahwa Aisyah adalah istrinya didunia dan diakhirat, sebagaimana diterangkan didalam hadits riwayat Tirmidzi dari Aisyah r.a, Jibril datang membawa gambarnya pada sepotong sutra hijau kepada Nabi SAW, lalu berkata.' Ini adalah istrimu didunia dan di akhirat." Dialah yang menjadi sebab atas turunnya firman Allah SWT yang menerangkan kesuciannya
dan membebaskannya dari fitnah orang-orang munafik.


Aisyah dilahirkan empat tahun sesudah Nabi SAW diutus menjadi Rasul. Semasa kecil dia bermain-main dengan lincah, dan ketika dinikahi Rasulullah SAW usianya belum genap sepuluh tahun. Dalam sebagian besar riwayat disebutkan bahwa Rasulullah SAW membiarkannya bermain-main dengan teman-temannya. Dua tahun setelah wafatnya Khadijah r.a datang wahyu kepada Nabi SAW untuk menikahi Aisyah r.a. Setelah itu Nabi SAW berkata kepada Aisyah, " Aku melihatmu dalam tidurku tiga malam berturut-turut. Malaikat mendatangiku dengan membawa gambarmu pada selembar sutra seraya berkata,' Ini adalah istrimu.' Ketika aku membuka tabirnya, tampaklah wajahmu. Kemudian aku berkata kepadanya,' Jika ini benar dari Allah SWT , niscaya akan terlaksana."



Mendengar kabar itu, Abu Bakar dan istrinya sangat senang, terlebih lagi ketika Rasulullah SAW setuju menikahi putri mereka, Aisyah. Beliau mendatangi rumah mereka dan berlangsunglah pertunangan yang penuh berkah itu. Setelah pertunangan itu, Rasulullah SAW hijrah ke Madinah bersama para sahabat, sementara istri-istri beliau ditinggalkan di Makkah. Setelah beliau menetap di Madinah, beliau mengutus orang untuk menjemput mereka, termasuk didalamnya Aisyah r.a. Dengan izin Allah SWT menikahlah Aisyah dengan mas kawin 500 dirham. Aisyah tinggal dikamar yang berdampingan dengan masjid Nabawi. Dikamar itulah wahyu banyak turun, sehingga kamar itu disebut juga sebagai tempat turunnya wahyu. Dihati Rasulullah SAW, kedudukan Aisyah sangat istimewa, dan tidak dialami oleh istri-istri beliau yang lain. Didalam hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik dikatakan, " Cinta pertama yang terjadi didalam Islam adalah cintanya Rasulullah SAW kepada Aisyah r.a."



Didalam riwayat Tirmidzi dikisahkan "Bahwa ada seseorang yang menghina Aisyah dihadapan Ammar bin Yasir sehingga Ammar berseru kepadanya,' Sungguh celaka kamu. Kamu telah menyakiti istri kecintaan Rasulullah SAW." Sekalipun perasaan cemburu istri-istri Rasulullah SAW terhadap Aisyah sangat besar, mereka tetap menghargai kedudukan Aisyah yang sangat terhormat. Bahkan ketika Aisyah wafat, Ummu Salamah berkata, 'Demi Allah SWT, dia adalah manusia yang paling beliau cintai selain ayahnya (Abu Bakar)'.


Di antara isteri-isteri Rasulullah SAW, Saudah bin Zum`ah sangat memahami keutamaan-keutamaan Aisyah, sehingga dia merelakan seluruh malam bagiannya untuk Aisyah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Aisyah sangat memperhatikan sesuatu yang menjadikan Rasulullah SAW rela. Dia menjaga agar jangan sampai beliau menemukan sesuatu yang tidak menyenangkan darinya. Karena itu, salah satunya, dia senantiasa mengenakan pakaian yang bagus dan selalu berhias untuk Rasulullah SAW. Menjelang wafat, Rasulullah SAW meminta izin kepada istri-istrinya untuk beristirahat dirumah Aisyah selama sakitnya hingga wafat. Dalam hal ini Aisyah berkata, "Merupakan kenikmatan bagiku karena Rasulullah SAW wafat dipangkuanku." Bagi Aisyah, menetapnya Rasulullah SAW selama sakit dikamarnya merupakan kehormatan yang sangat besar karena dia dapat merawat beliau hingga akhir hayat. Rasulullah SAW dikuburkan dikamar Aisyah, tepat ditempat beliau meninggal. Sementara itu, dalam tidurnya, Aisyah melihat tiga buah bulan jatuh ke kamarnya. Ketika dia memberitahukan hal ini kepada ayahnya, Abu Bakar berkata, "Jika yang engkau lihat itu benar, maka dirumahmu akan dikuburkan tiga orang yang paling mulia dimuka bumi." Ketika Rasulullah SAW wafat, Abu Bakar berkata, "Beliau adalah orang yang paling mulia diantara ketiga bulanmu." Ternyata Abu Bakar dan Umar dikubur dirumah Aisyah.


Setelah Rasulullah SAW wafat, Aisyah senantiasa dihadapkan pada cobaan yang sangat berat, namun dia menghadapinya dengan hati yang sabar, penuh kerelaan terhadap taqdir Allah SWT dan selalu berdiam diri didalam rumah semata-mata untuk taat kepada Allah SWT. Rumah Aisyah senantiasa dikunjungi orang-orang dari segala penjuru untuk menimba ilmu atau untuk berziarah kemakam Nabi SAW. Ketika istri-istri Nabi SAW hendak mengutus Ustman menghadap khalifah Abu Bakar untuk menanyakan harta warisan Nabi SAW yang merupakan bagian mereka, Aisyah justru berkata, "Bukankah Rasulullah SAW telah berkata, 'Kami para nabi tidak meninggalkan harta warisan. Apa yang kami tinggalkan itu adalah sedekah." Dalam penetapan hukum pun, Aisyah kerap langsung menemui wanita-wanita yang melanggar syariat Islam. Didalam Thabaqat, Ibnu Saad mengatakan bahwa Hafshah binti Abdirrahman menemui Ummul Mukminin Aisyah r.a. Ketika itu Hafshah mengenakan kerudung tipis. Secepat kilat Aisyah menarik kerudung tersebut dan menggantinya dengan kerudung yang tebal. Aisyah tidak pernah mempermudah hukum kecuali jika sudah jelas dalilnya dari Al Qur`an dan Sunnah. Aisyah adalah orang yang paling dekat dengan Rasulullah SAW sehingga banyak menyaksikan turunnya wahyu kepada beliau. Aisyah pun memiliki kesempatan untuk bertanya langsung kepada Rasulullah SAW jika menemukan sesuatu yang belum dia pahami tentang suatu ayat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ia memperoleh ilmu langsung dari Rasulullah SAW. Aisyah termasuk wanita yang banyak menghapalkan
hadits-hadits Nabi SAW, sehingga para ahli hadits menempatkan dia pada urutan kelima dari para penghapal hadits setelah Abu Hurairah, Ibnu Umar, Anas bin Malik dan Ibnu Abbas.



Dalam hidupnya yang penuh dengan jihad, Sayyidah Aisyah wafat pada usia 66 th, bertepatan dengan bulan Ramadhan,th ke-58 H, dan dikuburkan di Baqi`. Kehidupan Aisyah penuh dengan kemuliaan, kezuhudan, ketawadhuan, pengabdian sepenuhnya kepada Rasulullah SAW, selalu beribadah serta senantiasa melaksanakan shalat malam. Selain itu, Aisyah banyak mengeluarkan sedekah sehingga didalam rumahnya tidak akan ditemukan uang satu dirham atau satu dinar pun. Dimana sabda Rasul, "Berjaga dirilah engkau dari api neraka walaupun hanya dengan sebiji kurma." (HR. Ahmad )

sumber : http://www.ehoza.com/v4/forum/religious-talk-muslim-section/11278-siti-aisyah-binti-abu-bakar-r.html 







Saff-One (Zaini & Naazeri Raihan)

Isteri Solehah 


( 1 )
Isteri cerdik yang solehah
Penyejuk mata, penawar hati, penajam fikiran
Di rumah dia isteri, di jalanan kawan
Di waktu kita buntu, dia penunjuk jalan

( ulang 1 )

Pandangan kita diperteguhkan
Menjadikan kita tetap pendirian
Ilmu yang diberi dapat disimpan
Kita lupa, dia mengingatkan

( ulang 1 )

Nasihat kita dijadikan pakaian
Silap kita, dia betulkan
Penghibur di waktu kesunyian
Terasa ramai bila bersamanya

( korus )
Dia umpama tongkat si buta
Bila tiada satu kehilangan
Dia ibarat simpanan ilmu
Semoga kekal untuk diwariskan

( ulang 1 )
( ulang korus )


Fatimah az-Zahra adalah puteri bongsu yang mulia Rasulullah S.A.W, Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim.
Siti Fatimah az-Zahra dilahirkan pada hari Jumaat 20 Jamadil Akhir iaitu tahun kelima sebelum Nabi s.a.w. menjadi Rasul. Ketika itu kaum Quraisy sedang memperbaiki dan membangun kembali Kaabah disebabkan banyak kerosakan pada bangunan tersebut.
Siti Fatimah putri kesayangan Nabi s.a.w. mendapat gelaran Assidiqah (wanita terpercaya), Athahirah (wanita suci) al-Mubarakah (yang diberikahi Allah) dan yang paling sering disebutkan adalah Fatimah Azzahra (bunga yang mekar semerbak).
Dia juga digelari Al-Batuul, iaitu yang memusatkan perhatiannya pada ibadah atau tiada bandingnya dalam hal keutamaan, ilmu, akhlaq, adab,hasab dan nasab.
Fatimah lebih muda dari Zainab, isteri Abil Ash bin Rabi' dan Ruqayyah, isteri Uthman bin Affan. Juga dia lebih muda dari Ummu Kalsum.
Siti Fatimah az-Zahra menyaksikan sendiri betapa halangan dan rintangan yang telah dihadapi ayahandanya dalam memperjuangkan Islam. Pernah ketika Nabi s.a.w. dihina, dimaki hamun, malah diletakkan najis binatang ketika Nabi s.a.w. sedang sujud, menyembah Allah s.w.t., dengan tangisan kesedihan Siti Fatimah membersihkan tubuh Nabi s.a.w. dari kotoran yang taburkan oleh kaum Quraisy.
Kepada Salman Al-Farisi, Rasulullah S.A.W pernah bercerita tentang kearifan yang dicapai oleh Fatimah. Baginda bersabda, "Wahai Salman, ketahuilah bahawa Allah SWT telah memenuhi kalbu dan seluruh jiwa raga puteriku dengan keimanan." Al-Hassan menuturkan; "Ibuku adalah dia yang memenuhi malamnya dengan doa dan munajat hanya kerana umat Muhammad."
Sebagai pendamping hidup Imam Ali r.a, Fatimah juga tampil sebagai isteri yang ideal dan suri rumah yang penuh tanggungjawab. Bahkan beliau turut menggerakkan beberapa protes sosial terhadap status-quo yang merampas kekhalifahan Ali r.a dan pencerobohan ke atas tanahnya.
Demikian besar peribadi Fatimah sehingga insan sehebat Imam Ali r.a merasa tenang dan damai di sisinya. "Demi Tuhan, hingga akhir hayatnya, tidak pernah aku merasa kecil hati dengan perilakunya atau memaksanya. Begitu juga tidak pernah dia merasa marah terhadapku atau tidak mentaatiku. Saat aku melihat Fatimah," kata Imam Ali, "hilanglah duka dari seluruh jiwaku."


sumber : http://ms.wikipedia.org/wiki/Fatimah_az-Zahra
”Demi Allah! Dia (Khadijah) beriman kepadaku disaat orang-orang mengingkariku. Dia membenarkanku di saat semua orang mendustakanku. Dan dia membantuku dengan menginfakkan segenap hartanya ketika semua orang menahan hartanya dariku dan Allah telah mengurniakan beberapa orang zuriat dari rahimnya yang tidak aku perolehi dari isteri-isteriku yang lain”. [HR Ahmad, Al-Isti’ab karya Ibnu Abdil Ba’ar].

Khadijah binti Khuwailid bin Asad bin 'Abdil 'Uzza bin Qushay Al-Qurasyiyah Al-Asadiyah radhiyallahu'anha. Muslim manakah yang tidak pernah mendengar sebutan namanya?.  Siapakah yang menyangka di saat itu, keharuman peribadinya kelak akan merebak di sepanjang sejarah Islam di dada setiap kaum Muslimin? Siapakah yang terfikir bahawa wanita mulia ini akan dikurniakan satu keutamaan yang amat besar yang tidak pernah diperolehi oleh sekalian hamba Allah sejak penciptaan insan? Siapakah yang menduga bahawa wanita cantik jelita ini akan mendampingi manusia yang paling agung dalam rentang awal perjalanan dakwahnya? Siapakah yang mampu meramal ketentuan Allah ini? Maha Suci Allah yang telah menciptakan dan mentakdirkan wanita mulia ini sebagai pendamping Nabi akhir zaman.

Beliaulah isteri, sekali gus wanita pertama yang beriman kepada Allah dan Rasulullah Sallallahu alaihi wa Sallam.  Dianugerahi reputasi yang sungguh mulia, keturunan yang terhormat, peribadi yang luhur, perjalanan hidup yang istimewa, ketajaman daya fikir, semangat yang tinggi dan kalbu yang bening, nama Khadijah begitu harum di dalam sejarah Islam. Sebelumnya, beliau dikenali sebagai seorang wanita yang menjaga kehormatan dirinya sehingga digelar ath-Thahirah (wanita yang suci) .

Beliau seorang janda dari suaminya yang terdahulu, Abu Halah bin Zararah bin an-Nabbasy bin 'Ady at-Tamimi, kemudian berkahwin dengan 'Atiq bin 'A`idz bin 'Abdillah bin 'Umar bin Makhzum. Khadijah radhiallahu anha adalah wanita pedagang yang mulia dan banyak harta. Ternyata pekerjaannya itu telah menghantarkan kepada pertemuannya dengan manusia yang paling mulia. Saat dia kembali menjadi janda, seluruh pemuka Quraisy memasang angan-angan agar dapat menyuntingnya. Buah tutur Maisarah membekas di hatinya tatkala berita tentang kejujuran, amanah, dan kebaikan akhlak seorang pemuda Quraisy dikhabarkan kepada beliau. Tersimpan keinginan yang kuat dalam dirinya untuk memperoleh kebaikan itu, hingga diutus seseorang untuk menemui Rasululllah Sallallahu alaihi wa Sallam dan menyampaikan hasratnya. Ditawarkan dirinya untuk dipersunting Muhammad Sallallahu alaihi wa Sallam, seorang pemuda yang saat itu berusia 25 tahun, miskin dan yatim piatu tetapi tersohor kerana luhur peribadinya. Wanita jelita itu memperoleh kembali belahan hatinya dalam usia 40 tahun. Tersurat peristiwa ini dalam sejarah 15 tahun sebelum Muhammad Sallallahu alaihi wa Sallam diangkat sebagai Nabi akhirulzaman.

Perawat Duka, Khairul Anam
Wanita mulia inilah menjadi perawat duka suaminya di saat penurunan al-Haq melalui perantaraan Jibril alaihi sallam yang menggoncang hati Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam. “Aku khuatir akan terjadi sesuatu pada diriku”. Diselimutinya Rasulullah Sallallahu alaihi wa Sallam sehingga beliau kembali tenang dan hilang rasa ketakutannya. Dengan tenang dan lembut, beliau yang mengalirkan tutur kata penuh hikmah dari lisannya lantas membiaskan ketenangan di dalam dada suaminya,

“Demi Allah, Allah tidak akan menyusahkan dirimu selama-lamanya. Bergembira dan teguhkanlah hatimu. Sesungguhnya engkau seorang yang suka menyambung tali persaudaraan, suka menanggung beban orang (yang kurang bernasib baik), menghormati tetamu, memberikan sesuatu kepada orang yang tidak mampu, bercakap benar dan memberikan bantuan kepada mereka yang ditimpa bencana”. 
Sesungguhnya beliau telah menjalankan peranan politiknya dengan ketajaman dan kepekaan akalnya yang menjadikan beliau mampu untuk mencermati serta memahami dengan jelas masalah wahyu dan risalah yang diterima oleh Rasulullah Sallallahu alaihi wa Sallam,

”Terimalah khabar gembira dan teguhkanlah hatimu! Demi Zat yang diriku di tanganNya, sesungguhnya aku berharap engkau menjadi Nabi umat ini”. 
Perkhabaran dari Waraqah menjadikan beliau mampu memahami peranan yang bakal dipikul oleh Rasulullah Sallallahu alaihi wa Sallam dengan turunnya wahyu tersebut.

”Khadijah, kalau engkau masih percaya kepadaku, sesungguhnya telah datang ”an-nams  al-akbar” kepadanya. Dia adalah Nabi umat ini. Maka katakanlah kepadanya agar dia berteguh hati”. 
Baginda bukan sahaja seorang suami, atau ayah kepada anak-anaknya, tetapi juga Utusan Allah dalam menyampaikan wahyu dan risalahNya untuk umat yang ada pada ketika itu sehinggalah ke hari kiamat.

Di sinilah titik mula kepada sebuah pengorbanan yang tiada surut dan gantinya. Beliau jugalah manusia pertama yang solat di belakang Rasulullah Sallallahu alaihi wa Sallam bersama Saidina Ali radhiallahu anhu. Terus mengalir dukungan dan pertolongan dari beliau dalam menghadapi kaumnya. Beliaulah yang membantu Rasulullah Sallallahu alaihi wa Sallam dalam mengibarkan bendera Islam, tegar bersama Rasulullah sebagai angkatan pertama. Setiap kali beliau mendengar kata-kata kesat yang dilontarkan kepada suamninya, beliaulah yang setia di sisi baginda dan meringankan beban perasaan yang sangat berat ditanggung oleh kalbu manusia terpilih.

Bukan hanya itu sahaja kebaikan Khadijah radhialllahu anha. Beliau mengorbankan setiap harta yang dimiliki kepada suaminya. Bahkan, ketika Rasulullah Sallallahu alaihi wa Sallam menampakkan rasa senangnya pada Zaid bin Haritsah, seorang hamba miliknya, beliau segera menghibahkan hamba itu kepada suaminya. Zaid diangkat sebagai orang yang sangat dekat di sisi Rasulullah dengan menjadi anak angkat baginda sendiri. Turut tercatat, Zaid memperolehi kemuliaan sebagai salah seorang dari saf pertama yang mengimani dakwah Rasulullah Sallallahu alaihi wa Sallam.

Sebagai seorang isteri, beliau merupakan pendorong utama bagi Rasulullah Sallallahu alaihi wa Sallam untuk selalu giat berdakwah, bersemangat dan tidak kenal menyerah. Beliau juga selalu berusaha meringankan beban berat di bahu Rasulullah. Kebijakan, kesetiaan dan banyak lagi kebaikan Khadijah tidak pernah lepas dari ingatan baginda Rasul. Bahkan sehingga Khadijah meninggal dunia. Beliau benar-benar seorang isteri yang mendapat tempat tersendiri di dalam hati Nabi Allah ini. Betapa kasihnya baginda terhadap Khadijah sebagaimana di buktikan dari penceritaan Saidatina ‘Aisyah radhiallahu anha.

“Belum pernah aku cemburu terhadap isteri-isteri Rasulullah Sallallahu alaihi wa Sallam sebagaimana cemburunya aku kepada Khadijah, padahal aku tidak pernah melihatnya. Tetapi Rasulullah Sallallahu alaihi wa Sallam selalu menyebut-nyebut namanya, bahkan adakalanya menyembelih kambing dan diberikannya kepada sahabat-sahabat Khadijah. Bahkan pernah aku berkata, “Bukankah Khadijah itu seorang wanita tua? Bukankah Allah sudah memberikan kepadamu pengganti, isteri yang lebih muda dan baik daripadanya?”. Lalu Rasulullah Sallallahu alaihi wa Sallam menyebut, “Tidak! Demi Allah !Dia Subhanahu wa Ta’ala tidak memberikan seorang pengganti yang lebih baik daripadanya. Dia (Khadijah) telah beriman kepadaku pada saat orang-orang mengingkariku. Dia membenarkan ajaran yang aku bawa di saat orang-orang mendustakanku. Khadijah  membantuku dengan menginfakkan segenap hartanya ketika orang-orang menahan hartanya dariku dan Allah mengurniakanku beberapa orang zuriat dari rahimnya yang tidak diberikan oleh isteri-isteri yang lain” . [HR. Ahmad, Al-Isti’ab karya Ibnu Abdil Ba’ar].

Ummul Mukminin ini sentiasa berada di samping Rasulullah Sallallahu alaihi wa Sallam dan memberikan pembelaan terhadap baginda. Beliau juga bergabung bersama Rasulullah dan kaum Muslimin dalam memikul penderitaan lantaran sikap kaumnya yang mendustakan dan melecehkan dakwah baginda. Kesabaran dan keredhaan Khadijah dapat dilihat dengan jelas dalam siri hambatan terhadap dakwah Rasulullah, termasuklah dalam fasa pemboikotan terhadap Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthalib oleh orang-orang Quraisy yang selama ini menjadi pelindung kepada Rasulullah.

Wanita Teladan Sepanjang Zaman
Ditakdirkan Allah Subhanahu wa Ta’ala, di usia 65 tahun iaitu 3 tahun sebelum Hijrah, Khadijah radhiallahu anha kembali kepadaNya di saat-saat dakwah melalui fasa genting yang bakal menentukan kelangsungannya. Pemergian beliau ditangisi Rasulullah Sallallahu alaihi wa Sallam, berlaku dalam selang waktu yang singkat selepas meninggalnya Abu Thalib, bapa saudara baginda. Sejak tahun kesedihan tersebut, hambatan-hambatan dakwah yang semakin getir dengan gangguan yang tidak putus-putus mula berani dilakukan oleh kaum kafir Musyrikin di Makkah.

Sesungguhnya nama Khadijah tercatat di dalam sirah sebagai wanita pilihan sehingga namanya disebut-sebut di kalangan penduduk langit dan bumi. Kemuliaan itu telah diraihnya sejak masih ada di muka dunia. Tatkala Jibril Alaihi Sallam datang kepada Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam dan mengatakan,

“Wahai Rasulullah Sallallahu alaihi wa Sallam. Ini dia Khadijah. Dia akan datang membawa bejana berisi makanan atau minuman. Bila ia datang kepadamu, sampaikanlah salam padanya dari Rabbnya dan dariku, dan sampaikan pula khabar gembira tentang rumah buatnya di dalam syurga dari mutiara, yang tak ada keributan di dalamnya, dan tidak pula keletihan”. Khadijah lantas menjawab salam itu dengan katanya: “Allah Maha Penyelamat, daripada-Nya keselamatan dan kepada-Nya pula kembali keselamatan. Semoga keselamatan atas Malaikat Jibril.” [HR. Bukhari dalam Shahih Bukhari, Bab Perkahwinan Nabi SAW dengan Khadijah dan Keutamaannya, 1/539]

Wahai Muslimah yang dirahmati Allah! Sesungguhnya istana tersebut adalah jauh lebih baik dari pada gemerlapnya dunia fana yang telah memperdayakanmu. Dan ini adalah sebaik-baik khabar gembira dibandingkan dunia dan segala isinya. Tidakkah kalian ingin mendapatkannya pula?

Ya Allah! Betapa mulianya Khadijah binti Khuwailid, As-Sayyidah Ath-Thahirah. Seorang isteri yang setia dan tulus, mukminah mujahidah di jalan deenNya dengan seluruh apa yang dimilikinya dari perbendaharaan dunia. Semoga Allah memberikan balasan yang paling baik kerana jasa-jasanya terhadap Islam dan umat Islam seluruhnya.
 sumber : http://www.mykhilafah.com/srikandi-tauladan/1174-saidatina-khadijah-binti-khuwailid
PERINGATAN UNTUK WANITA

Wanita...Akal senipis rambutnya...bingkisan muhasabah agar dapat mengkoreksi diri ke arah menjadi muslimah yang solehah...Insya-Allah...Peringatan ini juga adalah untuk diriku, hamba yang lemah...Wallahu ‘Alam

Diambil dari sabda-sabda Rasulullah S.A.W


1. Wanita solehah adalah lebih baik dari seribu lelaki yang tidak soleh.

2. Wanita apabila melaksanakan solat lima waktu, puasa sebulan Ramadan,
memelihara kehormatan diri serta taatkan suaminya, berpeluanglah ia memasuki
mana-mana pintu syurga yang dikehendakinya.

3. Saidatina Aisyah r.a. berkata: "Saya pernah bertanyakan Rasulullah S.A.W
tentang siapakah manusia yang terlebih berhak terhadap wanita?" Jawab
Rasulullah S.A.W: "Suaminya". Bertanya pula Aisyah: "Siapa pula terlebih berhak
terhadap lelaki?". Jawab Rasulullah S.A.W: "Ibunya".

4. Apabila kamu dipanggil oleh kedua ibubapamu, maka jawablah panggilan ibumu
terlebih dahulu.

5. Sesiapa yang dikurniakan Allah wanita yang solehah, sesungguhnya ia telah
dikurniakan separuh dari agamanya, maka yang separuh lagi hendaklah ia berbakti
(bertakwa) kepada Allah.

6. Sebaik-baik wanita ialah yang tinggal di rumah, tidak keluar kecuali atas
urusan mustahak. Wanita apabila keluar akan dipersonakan (digoda) oleh iblis.

7. Haram bagi wanita melihat lelaki sebagaimana lelaki haram melihat wanita
(bukan muhrim) kecuali dalam menuntut ilmu dan berjual beli. Suatu hari ketika
Rasulullah S.A.W bersama isteri-isteri baginda
(Ummu Salamah dan Maimunah), datang seorang sahabat yang buta (Ibnu Maktum).
Rasulullah S.A.W menyuruh kedua-dua isterinya masuk ke dalam rumah. Bertanya
Ummu Salamah: "Bukankah orang itu tidak dapat melihat kami ya Rasulullah
S.A.W?". Rasulullah S.A.W menjawab: "Bukankah kamu dapat melihatnya?."

8. Wanita yang keluar rumah dengan memakai bau-bauan berjalan di hadapan orang
sehingga terhidu baunya, ia adalah berzina yakni seperti perempuan zina.

9. Tidak memuliakan wanita melainkan orang yang mulia dan tidak menghina mereka
melainkan yang hina.

10. Dunia adalah perhiasan, sebaik-baik perhiasan ialah wanita solehah.

11. Wanita itu boleh dikahwini dengan sebab hartanya, kecantikannya, keturunannya dan agamanya. Hendaklah kamu mendapatkan yang kuat agamanya, tentu ia akan memberi ketenangan kepada kamu.

12. Salah satu tanda keberkatan wanita ialah cepat perkahwinannya dan cepat
pula kehamilannya dan ringan maharnya (mas kahwin).

13. Wanita yang taatkan suaminya, semua burung-burung di udara, ikan di air,
malaikat di langit, matahari dan bulan semuanya beristighfar baginya selama
mana ia masih taatkan suaminya dan diredhai (serta dipelihara akan sembahyang
dan puasanya).

14. Wanita yang taat berkhidmat pada suaminya akan tertutup 7 pintu neraka dan
akan terbuka pintu-pintu syurga. Masuklah dari mana-mana pintu yang disukainya
dengan tidak dihisab.

15. Mana-mana wanita yang bermasam muka menyebabkan rasa tersinggung hati
suaminya, maka ia dimurkai Allah sehingga ia kembali bermanis muka dan
tersenyum mesra terhadap suaminya.

16. Ibnu Umar berkata: Telah datang seorang kepada Rasulullah S.A.W lalu
bertanya: "Apakah hak suami atas isteri?" Jawab baginda: "Tunaikan hajatnya
sekalipun engkau di belakang unta, jangan berpuasa sunat melainkan dengan izin
suami, jika engkau berpuasa juga maka pahalanya untuk suami dan dosa untuk
isteri, jangan keluar melainkan dengan izinnya: jika keluar juga akan dilaknat
oleh Malaikat Rahmat dan Malaikat Azab sehingga kembali kembali engkau ke
rumah."